Tahun lalu, setelah vakum cukup lama karena pandemi, Liat Menggeliat kembali menggelar pameran keramiknya yang bertajuk “Translation”. Suasana pembukaannya sangat meriah, penuh energi dan semarak, mengingat komunitas ini sudah lama tak menghadirkan karya secara publik. Menariknya, tahun tersebut terasa istimewa bagi dunia keramik di kota ini. Jumlah pameran keramik yang digelar seakan meledak, menawarkan beragam konsep, teknik, dan pengalaman artistik yang sangat beragam.
Pameran “Translation” terasa padat dan sarat makna, seperti perayaan kembalinya Liat Menggeliat ke kancah seni. Meski sebagian mungkin berpendapat kesan itu hanya muncul karena ramai di saat pembukaan, pengalaman pribadi saya berkata lain. Setelah keramaian mereda, saya kembali dan mengamati karya-karya tersebut. Kesan padat dan berlapis tetap terasa, entah karena tata ruang, jumlah karya, atau mungkin interaksi antar karya itu sendiri. Namun, sebagai “awal kembali”, pameran ini tetap memikat dan membangkitkan keinginan untuk menyaksikan karya-karya Liat Menggeliat selanjutnya.
Apa yang membuat pameran keramik Liat Menggeliat begitu spesial?
Perjalanan saya pulang malam itu tak kalah menarik. Motor saya tiba-tiba mogok, menciptakan situasi tak terduga yang akhirnya terselesaikan dengan sendirinya. Kejadian ini malah mengingatkan saya akan pameran Liat Menggeliat tersebut, seakan ada benang merah yang menghubungkan keduanya.
Awal tahun ini, saya kembali hadir dalam pameran Liat Menggeliat, kali ini dengan tajuk “Cipta Amarta” yang menarik perhatian saya. Hujan gerimis menemani perjalanan menuju galeri. Sesampainya disana, saya memutuskan untuk menyaksikan penampilan musik terlebih dahulu sebelum masuk ruang pamer. Sambil menikmati kopi dan suasana gerimis, saya larut dalam sajian musik yang syahdu.
Setelahnya, saya menjelajahi ruang pamer, membaca teks kuratorial dan mengamati karya-karya yang dipamerkan. Dibandingkan dengan pameran sebelumnya, “Cipta Amarta” terasa lebih luas dan lega. Tata ruang dan pemilihan karya seakan lebih matang dan terkonsep. Saya pun mulai menyadari bahwa teknik-teknik sederhana yang digunakan diolah dengan apik hingga menciptakan karya yang berkesan.
Tema “Cipta Amarta” sendiri berhasil menciptakan atmosfer yang nyaman dan magis. Pertanyaan-pertanyaan abadi dan fana yang melekat pada seni keramik diangkat dengan cara yang tepat dan apik. Soal-soal berat tidak menjadi fokus utama. Sebagian besar karya justru menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan yang puitis dan personal, meski pertanyaan-pertanyaan besar tetap hadir di tengahnya. Penggunaan elemen lain seperti bunga hidup, lilin, pasir, dan benda-benda keseharian semakin memperkuat tema abadi-fana, sekaligus merepresentasikan sifat keramik yang rapuh namun abadi.
Bagaimana Liat Menggeliat berhasil memadukan tema abadi dan fana dalam pamerannya?
Setelah puas berkeliling, saya kembali duduk dan menikmati kopi sambil membaca e-katalog. Saya cukup terkejut dengan penggolongan tema yang terstruktur dan rapi dalam e-katalog tersebut, menunjukkan kerja keras dan dedikasi dari tim Liat Menggeliat. Saya pun menikmati sisa waktu di galeri, menikmati hujan, musik, dan secangkir kopi.
Keesokan harinya, saya menulis catatan tentang pameran keramik di kota ini, lebih condong pada catatan personal dan kesan yang saya rasakan. Setelah menuntaskan catatan tersebut, saya mulai berpikir lebih jauh tentang Liat Menggeliat. Sebagai komunitas yang sudah lama berdiri, Liat Menggeliat bukan sekadar komunitas keramik biasa. Potensinya sangat besar, bahkan bisa memunculkan proyek jangka panjang yang berkelanjutan.
Pameran, memang penting, tetapi eksistensi sebuah komunitas seni tak boleh hanya bergantung pada pameran semata. Sebagai masukan pribadi, saya membayangkan Liat Menggeliat memiliki proyek jangka panjang dengan tema yang berkesinambungan, dan alur yang jelas, mengingat awal mula komunitas ini berasal dari sebuah kampus seni di kota ini. Namun, saya juga sadar bahwa saya belum tentu memahami seluk-beluk pengelolaan komunitas seni.
Apa proyek jangka panjang yang ideal bagi komunitas seni keramik seperti Liat Menggeliat?
Akhirnya, saya lebih tertarik untuk bertanya pada anggota Liat Menggeliat. Di antara berbagai komunitas dan pameran keramik yang ada, apa yang ingin ditawarkan Liat Menggeliat—di luar sekadar keberadaan dan peningkatan jumlah pameran? Masih banyak waktu di awal tahun ini untuk menantikan berbagai perkembangan dan kegiatan menarik dari komunitas yang satu ini.
Catatan: Nama tempat dan tanggal spesifik dihilangkan demi menjaga privasi dan relevansi konten.
Sumber : https://ketiketik.com/melihat-cipta-amarta-dari-liat-menggeliat-sehabis-gerimis-yang-merambat/